BAB
11
TUJUAN
AUDIT INVESTIGATIF
(Modul lengkap bab ini dapat didownload pada http://linkshrink.net/7qqB15 , untuk presentasi *ppt dapat didownload pada http://linkshrink.net/7ypyyo)
(Modul lengkap bab ini dapat didownload pada http://linkshrink.net/7qqB15 , untuk presentasi *ppt dapat didownload pada http://linkshrink.net/7ypyyo)
Sebelum memulai suatu
investigasi pimpinan perusahaan atau lembaga perlu menetapkan apa yang
sesungguhnya ingin dicapai dari investigasi itu. Investigasi merupakan proses
yang panjang, mahal, dan bisa berdampak negatif terhadap perusahaan atau stakeholder-nya.
Proses yang panjang dan
lama, diikuti dengan banyaknya pihak (baik intern maupun ekstren) yang terlibat
atau dilibatkan, menyebabkan investigasi itu menjadi mahal. Perusahaan juga
harus menyediakan banyak sumber daya atau harus meng-commit sumber daya yang akan disediakan.
Reputasi perusahaan juga
bisa hancur kalau pengungkapan investigasi ini tidak dikomunikasikan dengan
baik. Contoh obat yang sudah kadaluarsa
dan seharusnya di hancurkan, justru di jual oleh pegawai bagian gudang. Kecurangan
ini dapat menjadi bencana bagi konsumen. Namun kalau hasil investigasi
dikomunikasikan dengan baik, maka hubungan antara perusahaan dan konsumen
justru dapat mencegah hancurnya reputasi perusahaan. Oleh karena itu, tujuan
dari audit investigasi harus di sesuaikan dengan keadaan khusus yang dihadapi
dan ditentukan sebelum investigasi dimulai.
URUTAN PEMBAHASAN (file: http://linkshrink.net/7qqB15 ppt: http://linkshrink.net/7ypyyo)
- Pengantar
- Pendekatan
Audit Investigatif
- Tahapan
Audit Investigatif
- Contoh
dari Tujuan Investigasi
- Penutup
1. PENGANTAR
Sebelum memulai suatu investigasi
pimpinan perusahaan atau lembaga perlu menetapkan apa yang sesungguhnya ingin
dicapai dari investigasi itu. Investigasi merupakan proses yang panjang, mahal,
dan bisa berdampak negatif terhadap perusahaan atau stakeholder-nya.
Proses yang panjang dan
lama, diikuti dengan banyaknya pihak (baik intern maupun ekstren) yang terlibat
atau dilibatkan, menyebabkan investigasi itu menjadi mahal. Perusahaan juga
harus menyediakan banyak sumber daya atau harus meng-commit sumber daya yang akan disediakan.
Reputasi perusahaan juga
bisa hancur kalau pengungkapan investigasi ini tidak dikomunikasikan dengan
baik. Contoh obat yang sudah kadaluarsa
dan seharusnya di hancurkan, justru di jual oleh pegawai bagian gudang. Kecurangan
ini dapat menjadi bencana bagi konsumen. Namun kalau hasil investigasi
dikomunikasikan dengan baik, maka hubungan antara perusahaan dan konsumen
justru dapat mencegah hancurnya reputasi perusahaan. Oleh karena itu, tujuan
dari audit investigasi harus di sesuaikan dengan keadaan khusus yang dihadapi
dan ditentukan sebelum investigasi dimulai.
2. PENDEKATAN AUDIT INVESTIGASI
Sebagaimana halnya penyelidikan dan
penyidikan, audit investigatif bisa dilaksanakan secara:
1.
Reaktif
Audit
investigatif dikatakan bersifat reaktif apabila auditor melaksanakan audit
setelah menerima atau mendapatkan informasi dari pihak lain mengenai
kemungkinan adanya tindak kecurangan dan kejahatan. Audit investigatif yang
bersifat reaktif umumnya dilaksanakan setelah auditor menerima atau mendapatkan
informasi dari berbagai sumber informasi misalnya dari auditor lain yang
melaksanakan audit reguler, dari pengaduan masyarakat, atau karena adanya
permintaan dari aparat penegak hukum. Karena sifatnya yang reaktif maka auditor
tidak akan melaksanakan audit jika tidak tersedia informasi tentang adanya
dugaan atau indikasi kecurangan dan kejahatan.
2.
Proaktif
Audit
investigatif dikatakan bersifat proaktif apabila auditor secara aktif
mengumpulkan informasi dan menganalisis informasi tersebut untuk menemukan
kemungkinan adanya tindak kecurangan dan kejahatan sebelum melaksanakan audit
investigatif. Auditor secara aktif mencari, mengumpulkan informasi dan
menganalisis informasi-informasi yang diperoleh untuk menemukan kemungkinan
adanya kecurangan dan kejahatan. Audit investigatif yang bersifat proaktif
perlu dilakukan pada area atau bidang-bidang yang memiliki potensi kecurangan
atau kejahatan yang tinggi. Audit yang bersifat proaktif dapat menemukan
kemungkinan adanya kecurangan dan kejahatan secara lebih dini sebelum kondisi
tersebut berkembang menjadi kecurangan atau kejahatan yang lebih besar. Selain
itu Audit investigatif yang bersifat proaktif juga dapat menemukan kejahatan
yang sedang atau masih berlangsung sehingga pengumpulan bukti untuk penyelidikan,
penyidikan dan penuntutan kejahatan tersebut lebih mudah dilaksanakan.
Hasil dari suatu audit investigatif, baik yang bersifat reaktif maupun proaktif dapat digunakan sebagai dasar penyelidikan dan penyidikan kejahatan oleh aparat penegak hukum. Berdasarkan hasil audit tersebut, aparat penegak hukum akan mengumpulkan bukti-bukti yang relevan sesuai dengan kaidah hukum yang berlaku untuk kepentingan penuntutan dan pemeriksaan di pengadilan.
Hasil dari suatu audit investigatif, baik yang bersifat reaktif maupun proaktif dapat digunakan sebagai dasar penyelidikan dan penyidikan kejahatan oleh aparat penegak hukum. Berdasarkan hasil audit tersebut, aparat penegak hukum akan mengumpulkan bukti-bukti yang relevan sesuai dengan kaidah hukum yang berlaku untuk kepentingan penuntutan dan pemeriksaan di pengadilan.
3. TAHAPAN AUDIT INVESTIGATIF
Audit Investigasi (AI) secara garis besar dibagi dalam enam tahap. Secara garis
besar proses pelaksanaan pemeriksaan atau audit investigatif dapat dibagi
menjadi 6 (enam) tahap, yaitu :
- Tahap Pra Perencanaan
Audit investigatif merupakan respon terhadap sinyalemen
atau informasi awal yang masuk ke unit kerja investigasi. Sinyalemen awal atau
informasi awal ini bisa merupakan pengaduan masyarakat, tindak lanjut terhadap
rekomendasi temuan pemeriksaan operasional, informasi dari media massa, maupun
permintaan dari Menteri untuk melakukan audit investigasi atau audit tertentu.
Pengaduan masyarakat biasanya belum memuat informasi yang spesifik namun masih
bersifat general dan tendensius. Sehingga informasi awal ini perlu terlebih
dahulu dianalisis atau ditelaah agar permasalahaannya dianggap layak atau tidak
untuk (selanjutnya) dilaksanakan audit investigatif.
- Tahap Perencanaan
Salah satu yang membedakan audit investigasi dengan
audit operasional adalah adanya penyusunan hipotesis yang merupakan bagian dari
tahapan perencanaan. Hipotesis ini disusun berdasarkan hasil analisis dari
berbagai kemungkinan penyimpangan yang dikembangkan berdasarkan hasil analisis
dari berbagai kemungkinan penyimpangan yang dikembangkan berdasarkan informasi
yang tersedia, dan atas jawaban dari pertanyaan : siapa , apa, mengapa, di
mana, bilamana, dan bagaimana (SIABIDIBA) yang dihasilkan dari kegiatan
penelaahan awal. Selain menyusun hipotesis, dalam tahapan ini juga berbicara
tentang penyusunan program audit, perencanaan sumber daya dan penerbitan Surat
Tugas.
- Tahap Pengumpulan Bukti
Ada ungkapan yang harus diperhatikan oleh auditor
investigasi yaitu ” Tidak Ada Bukti Tidak Ada Kasus”. Ungkapan ini menunjukkan
bahwa bukti merupakan unsur sangat penting dalam mengungkapkan suatu kasus
penyimpangan tindak pidana korupsi. Audit investigatif biasanya akan bermuara
pada proses hukum, maka auditor investigasi diharapkan mampu memahami
bukti-bukti apa saja yang bisa dianggap sebagai bukti hukum. Tidak semua bukti
audit bisa diakui dan digunakan sebagai bukti hukum persidangan. Untuk
dapat memperoleh bukti-bukti, auditor diharapkan mampu memahami teknik-teknik
pengumpulan bukti. Teknik-teknik pengumpulan bukti audit investigatif tidak
jauh berbeda dengan teknik pengumpulan bukti audit operasional.
- Tahap Evaluasi Bukti
Bukti yang telah dikumpulkan melalui penerapan
berbagai teknik audit selanjutnya akan dianalisis untuk melihat kesesuaian
bukti dengan hipotesis. Melalui analisis bukti inilah maka kita bisa
mengembangkan dan mencari bukti-bukti lainnya yang dapat digunakan untuk
mendukung bukti yang telah kita dapatkan sebelumnya. Analisis bukti dapat
menggambarkan sebuah rangkaian kejadian atau peristiwa . Rangkaian beberapa
analisis bukti akan mampu memberikan gambaran secara keseluruhan peristiwa yang
terjadi. Rangkaian analisis bukti ini selanjutnya kita evaluasi secara berkala
untuk mengetahui apakah ada kesesuaian dengan hipotesis yang telah kita bangun.
Dalam tahap evaluasi bukti ini, memungkinkan adanya perubahan hipotesis apabila
hasil evaluasi bukti tidak mendukung hipotesis sebelumnya namun mengarah pada
permasalahan yang sebelumnya tidak kita perkirakan. Hasil evaluasi bukti inilah
yang akan menentukan apakah kasus tersebut terbukti atau tidak.
- Tahap Pelaporan
Tahapan penting dalam proses audit investigasi adalah
proses dokumentasi. Proses dokumentasi ini biasanya disusun dalam bentuk
laporan tertulis. Penyusunan Laporan Audit Investigatif ini juga merupakan
bukti bahwa auditor investigasi telah melakukan tugasnya sesuai dengan prosedur
yang telah berlaku. Pelaporan ini harus mampu mengungkapkan fakta-fakta yang
ada dan menghindari sejauh mungkin mangungkapkan hal-hal yang masih bersifat
subyektif dan bias. Laporan yang baik harus mampu menjawab SIABIDIBA ( siapa
, apa, mengapa, di mana, bilamana, dan bagaimana )
Seluruh materi bagian sesudahnya dalam bab ini dapat didownload pada http://linkshrink.net/7qqB15 dan PPT* pada http://linkshrink.net/7ypyyo.
Belum ada tanggapan untuk "Resume Bab 11 Tujuan Audit Investigatif (Forensic Audit)"
Post a Comment