Resume Akuntansi Forensik_Bab 13 Audit Investigatif dengan Teknik Audit

BAB 13
AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT

(Modul lengkap bab ini dapat didownload pada http://linkshrink.net/70ZCfr, untuk presentasi *ppt dapat didownload pada http://linkshrink.net/78NWUe )

Dalam modul ini dibahas teknik audit investigatif yang memanfaatkan teknik – teknik audit yang sudah dikenal oleh auditor yang melakukan audit atas laporan keuangan. Perbedaannya hanyalah dalam tujuan dan lingkup. Dalam audit atas laporan keuangan, tujuannya adalah memberikan pendapat (independent auditor’s opinion) mengenai kewajaran laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Hasil audit ini ditunjukkan oleh bentuk opini, seperti unqualified opinion, qualified opinion, disclaimer of opinion, atau adverse opinion. Tujuan audit investigatif adalah mengumpulkan bukti – bukti yang dapat diterima oleh ketentuan perundang – undangan yang berlaku atau mengumpulkan bukti hukum dan barang bukti sesuai dengan hukum acara atau hukum pembuktian yang berlaku. Lingkup atau intensitasnya juga berbeda. Dalam audit atas laporan keuangan, auditor mengumpulkan bukti audit untuk memberikan reasonable assurance atau keyakinan yang memadai. Audit investigatif lebih dalam dan lebih luas dari audit atas laporan keuangan, karena bukti hukum dan barang bukti yang dikumpulkan akuntan forensik, akan diuji dalam persidangan (pengadilan atau di luar pengadilan). Pengujian inilah yang akan menentukan apakah bukti dan barang bukti ini dapat menjadi alat bukti yang dapat memberikan keyakinan kepada majelis hakim (di dalam pengadilan) atau arbitrators (di luar pengadilan).
Perbedaan lingkup atau intensitas antara audit atas laporan keuangan dan audit investigatif digambarkan dalam Bagan 13.1.
Bagan 13.1
Intensitas Audit (atas Laporan Keuangan) dan Audit Investigatif

AUDIT INVESTIGATIF


Tidak jarang, cara (mindset) berpikir yang kurang hati – hati dalam audit atas laporan keuangan, atau cara berpikir yang hati – hati dalam audit investigatif, seolah – olah membedakan keduanya. Ini sebetulnya tidak boleh terjadi. Contoh, dalam teknik observasi penghitungan persediaan barang.
Auditor dalam audit atas laporan keuangan, mungkin berpikir bahwa teknik observasi penghitungan persediaan barang sekadar untuk melihat kecocokan jumlah fisik dan jumlah administrasi. Selama jumlah kedua informasi ini cocok, auditor puas. Sebaliknya, auditor dalam audit investigatif memanfaatkan teknik observasi penghitungan persediaan barang untuk menentukan apakah persediaan barang tidak terlalu banyak, dibandingkan dengan “kebutuhan normal” atau jumlah pesanan yang ekonomis (economic-order quantity). Ia melihat potensi fraud dalam pengadaan barang yang berlebihan. Cara berpikir auditor untuk audit atas laporang keuangan (dalam contoh pengamatan penghitungan persediaan barang) dan auditor dalam audit investigatif seharusnya sama. Professional skepticism harus dianut oleh auditor untuk audit atas laporan keuangan maupun auditor dalam menangani audit investigatif. Meskipun tujuan dan intensitas kedua jenis audit itu berbeda.

-     Pengantar
-     Kunci Keberhasilan
-     Teknik – Teknik Audit
-     Penutup

1.    PENGANTAR
Istilah audit investigatif menjelaskan bahwa yang dilaksanakan adalah suatu audit. Audit umum atau audit keuangan (general audit atau independent audit), bertujuan memberi pendapat auditor independen mengenai kewajaran laporan keuangan. Oleh karena itu, audit ini juga disebut opinion audit.
Audit investigatif lebih dalam dan tidak jarang melebar ke audit atas hal-hal yang tidak disentuh atau tidak tersentuh oleh opinion audit. Audit investigatif diarahkan kepada pembuktian ada atau tidak adanya fraud (termasuk korupsi) dan perbuatan melawan hukum lainnya (seperti tindak pidana pencucian uang).
Meskipun tujuan opinion audit berbeda dari audit investigatif, teknik auditnya sama. Hal yang berbeda hanyalah penerapan yang lebih intens dalam audit investigatif. Penerapan teknik yang lebih mendalam, kadang-kadang melebar dengan fokus pada pengumpulan bukti hukum untuk menetukan apakah seseorang melakukan atau tidak melakukan fraud.
Banyak auditor yang sudah berpengalaman mengaudit laporan keuangan perusahaan atau lembaga lainnya, ragu-ragu untuk melaksanakan fraud audit dan audit investigatif. Padahal teknik-teknik yang mereka kuasai, memadai untuk diterapkan dalam audit investigatif.
Teknik audit adalah cara-cara yang dipakai dalam mengaudit kewajaran penyajian laporan keuangan. Hasil dari penerapan teknik audit adalah bukti audit. Oleh karena itu, ada penulis yang menggunakan istilah teknik audit dan jenis bukti audit (types of audit evidence) dalam makna yang sama. Ada tujuh teknik, yang dirinci dalam bentuk kata kerja bahasa Indonesia, dengan jenis bukti auditnya dalam kurung (kata benda bahasa Inggris), yakni:
  1. Memeriksa fisik (physical examination);
  2. Meminta konfirmasi (confirmation);
  3. Memeriksa dokumen (documentation);
  4. Review analitikal (analytic review atau analytical review);
  5. Meminta informasi lisan atau tertulis dari auditor (inquiries of the auditee);
  6. Menghitung kembali (reperformance);
  7. Mengamati (observation).
Kalau teknik-teknik itu diterapkan dalam audit umum, maka bukti audit yang berhasil dihimpun akan mendukung pendapat auditor independen. Dalam audit investigatif, teknik-teknik audit tersebut bersifat eksploratif, mencari “wilayah garapan”, atau probing (misalnya, dalam review analitikal) maupun pengalaman (misalnya dalam confirmation dan documentation).
Teknik-teknik audit relatif sederhana untuk diterapkan dalam audit investigatif. Sederhana, namun ampuh. Tema kesederhanaan dalam pemilihan teknik audit (termasuk audit investigatif) dikemukakan beberapa penulis pasca-Sarbanes Oxley.
Fraud 101 adalah judul buku yang dikarang oleh Howard R. Davia. Ia adalah seorang akuntan forensik dari General Accountability Office di Amerika Serikat (dahulunya bernama General Accounting Office—GAO serupa dengan BPK). Angka 101 (dalam fraud 101) menandakan bahwa mata kuliah itu adalah mata kuliah pengantar, untuk pemula. Davia sebenarnya ingin mengingatkan bahwa teknik audit untuk pemula sekalipun, bisa menjadi teknik yang ampuh kalau digunakan dengan tepat.
Peringatan serupa juga di berikan Thomas P. Houck dalam buku yang berjudul Why and How Audits Must Change. Salah satu teknik yang diunggulkannya adalah analytical procedures (atau review analitikal) yang dijelaskannya dengan kata sifat (adjective) yang serba wah: quality, efficiency, client service, dan staff morale. Berulang kali Houck menekankan pentingnya―think analytical first”, dan bukan langsung terjun ke prosedur audit (atau audit investigatif) yang detail.
Mengenai sifat eksploratif dari teknik audit untuk audit investigatif, Davia dalam bukunya di atas mengibaratkan orang memancing. Memancing bukan sekedar memasang umpan pada kail dan melemparkan tali pancing, sambil mengharapkan ikan akan datang. Mungkin saja ikannya akan datang dan memakan umpan. Banyak auditor mencoba  menangkap fraud dengan cara demikian. Pemancing yang terampil mulai dengan bertanya ada dirinya, “ikan apa yang akan ku pancing hari ini?” Untuk ikan yang berbeda ada pancing yang berbeda, ada umpan yang berbeda. Probing atau eksplorasi menemukan fraud tidak berbeda dengan memancing tadi.

2.    KUNCI KEBERHASILAN
Kunci keberhasilan dari semua teknik audit investigatif adalah sebagai berikut:
  1. Mengerti dengan baik persoalan yang akan dipecahkan, apa yang akan diaudit investigatif. Di pembahasan sebelumnya dijelaskan bagaimana akuntan forensik mengidentifikasi persoalan ini, sejak tahap audit fraud yang proaktif sampai diterimanya tuduhan, dugaan, keluhan, dan temuan sementara.
  2. Kuasai dengan baik teknik-teknik audit investigatif. Penguasaan yang baik memungkinkan investigator menerapkan teknik yang tepat untuk menyelesaikan persoalan yang investigator identifikasi. Sama seperti pemancing di atas, atau seorang seni pahat memilih alat yang tepat dalam setiap tahap pekerjaannya.
  3. Cermat dalam menerapkan teknik yang dipilih. Biarpun tekniknya tepat, apabila pelaksanaan tidak cermat, hasilnya tidak seperti  diharapkan. Itulah sebabnya mengapa due professional care merupakan standar audit yang penting. Dalam audit investigatif, kecermatan ini terlihat antara lain dari cara investigator mengajukan pertanyaan, menentukan kapan pertanyaan tersebut harus diajukan, menindaklanjuti jawabannya, mempertanyakan sesuatu (ungkapan khas investigator: “apa iya”, “adakah cara atau jalan lain”, “apakah ini tidak terlalu bagus untuk benar” atau too good to be true, dan seterusnya).
  4. Cermat dalam menarik kesimpulan dari hasil penerapan teknik yang investigator pilih. Temuan yang kelihatannya “sepele”, di tangan penyelidik yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang luas, merupakan bukti yang kuat dalam proses pengadilan. Kecermatan dalam menafsirkan temuan jelas terlihat dalam computer forensics.

3.    TEKNIK-TEKNIK AUDIT
Cakupan dari berbagai teknik audit dalam berbagai audit investigatif, seperti teknik-teknik yang diterapkan dalam kejahatan perpajakan dan kejahatan terorganisasi (organized crime), Follow the Money dalam fraud dan tindak pidana pencucian uang, teknik pembuktian hukum, computer forensics, dan lain sebagainya.
Modul ini membahas beberapa teknik audit yang lazim dikenal dalam audit atas laporan keuangan, yang kemudian dikembangkan lebih lanjut untuk tujuan audit investigatif dengan aplikasi dan contoh-contoh audit investigatif.

Seluruh materi bagian sesudahnya dalam bab ini dapat didownload pada http://linkshrink.net/70ZCfr dan PPT* pada http://linkshrink.net/78NWUe.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Resume Akuntansi Forensik_Bab 13 Audit Investigatif dengan Teknik Audit"

Post a Comment